PENGUMUMAN: Mulai tanggal 27 Februari 2017, KeSEMaTPEDIA bergabung dengan website KeSEMaTONLINE. Klik di sini.

29.3.15

Tiga Karakteristik Mangrove


























Menurut Kitamura, dkk (1997), mangrove memiliki beberapa karakteristik, diantaranya sebagai berikut:

1. Sistem Perakaran
Daerah yang menjadi tempat tumbuh mangrove menjadi anaerob (tak ada udara) ketika digenangi air. Beberapa spesies mangrove mengembangkan sistem perakaran khusus yang dikenal sebagai akar udara (aerial roots), yang sangat cocok untuk kondisi tanah yang anaerob.


























Akar mangrove jenis Rhizophora. (Sumber foto).

Akar udara ini dapat berupa akar tunjang, akar napas, akar lutut dan akar papan. Akar napas dan akar tunjang yang muda berisi zat hijau daun (klorofil) di bawah lapisan kulit akar (epidermis) dan mampu untuk berfotosintesis. Akar udara memiliki fungsi untuk pertukaran gas dan menyimpan udara selama akar terendam.

2. Buah
Semua spesies mangrove menghasilkan buah yang biasanya disebarkan oleh air. Buah yang dihasilkan oleh spesies mangrove memiliki bentuk silindris, bola, kacang, dan lain-lain. Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, dan Kandelia) memiliki buah silindris (serupa tongkat) yang dikenal sebagai tipe vivipari.


























Buah Aegiceras corniculatum. (Sumber foto).

Buah semacam ini dikenal sebagai tipe buah vivipari, dimana biji Rhizophoraceae telah berkecambah sejak biji masih berada di dalam buah dan hipokotilnya telah mencuat ke luar pada saat buah masih bergelantung di pohon induk.

Avicennia (buah berbentuk seperti kacang), Aegiceras (buah silindris) dan Nypa membentuk tipe buah yang dikenal sebagai kriptovivipari, dimana biji telah berkecambah tetapi tetap terlindungi oleh kulit buah (perikarp) sebelum lepas dari pohon induk.

Sonneratia dan Xylocarpus memiliki buah berbentuk bola yang berisi biji yang normal. Buah dari berbagai jenis lainnya berbentuk kapsul atau seperti kapsul yang berisi biji normal.

3. Kelenjar Garam
Beberapa spesies mangrove dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam tinggi, yaitu antara lain dengan cara membentuk kelenjar garam (salt glands) yang berfungsi untuk membuang kelebihan garam.

Avicennia, Aegiceras, Acanthus, dan Aegialitis mengatur keseimbangan kadar garam dengan mengeluarkan garam dari kelenjar garam (Tomlinson, 1986).


























Daun mangrove mengeluarkan garam. (Sumber foto).

Kelenjar garam banyak ditemukan pada bagian permukaan daun, sehingga kadang-kadang pada permukaan daun sering terlihat kristal-kristal garam.

Spesies lainnya, Rhizophora , Bruguiera, Ceriops, Sonneratia dan Lumnitzera mengatur keseimbangan garam dengan cara yang lain, yaitu dengan menggugurkan daun tua yang berisi akumulasi garam atau dengan melakukan tekanan osmosis pada akar. Meskipun demikian secara detil hal ini belum terungkap dengan jelas (Tania Pusparani).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar